Wednesday, May 23, 2012

Ghost Jong

AKU merinding tiap kali berada di dekatmu,” Seo Yun menatap Kim Jong Hyun sekilas. Lalu kembali sibuk mengerjakan tugasnya yang belum selesai. Dia tahu setelah itu mata tajam pemuda itu langsung menatapnya. Tapi dia tidak peduli.
“Apa yang kau katakan barusan?” Tanya Kim Jong Hyun, ia duduk tepat di samping gadis yang barusan mengatakan sesuatu padanya. Meskipun ia yakin ucapan itu tidak baik. Tapi Seo Yun, teman sekelasnya itu tidak mengacuhkannya sama sekali. Gadis itu tetap sibuk mengerjakan tugas. Dengan gemas ditariknya kursi Seo Yun sampai gadis itu menghadap ke arahnya.
“Apa-yang-kau-katakan-barusan?” Jong Hyun mengulangi pertanyaannya sekali lagi, ditatapnya mata cokelat milik Seo Yun lekat-lekat.
Dengan wajah datar Seo Yun berkata, “Aku selalu merinding tiap kali berada di dekatmu. Maka itu, menyingkirlah dari hadapanku.”
Jong Hyun tercengang beberapa saat, kedua alisnya terangkat. Tapi kemudian dia tersenyum.
“Aku juga tidak pernah ingin berlama-lama di dekatmu. Bisa-bisa aku mati beku di sini. Kau bahkan lebih dingin dari gundukan salju.” Katanya. Lalu mendorong kursi gadis itu ke tempat semula. Jong Hyun berlalu menuju kursinya yang berada di pojok kelas.
Teman-teman sekelas mereka yang menyaksikan hal itu hanya bisa geleng kepala. Jong Hyun si brandal memang selalu berseteru dengan Seo Yun si ketua kelas. Tak ada yang bisa mendamaikan mereka. Tidak satu pun.
“Jong Hyun-ya! Kau membuang sampah di dekat mejaku! Cepat buang!” teriak Seo Yun sambil mendelik ke arah Jong Hyun. Tetapi pemuda itu tidak mengacuhkannya.
“Kau buang saja sendiri!”
Seo Yun mendengus, dipungutnya sampah itu lalu dibuangnya ke tong sampah dengan menyabarkan hati. Kejadian selanjutnya saat istirahat tiba bahkan lebih parah dari itu, membuat Seo Yun tidak bisa lagi menyabarkan hatinya. Jong Hyun kembali membuang sampah, kali ini tidak di dekat mejanya. Tapi di atas mejanya langsung. Sampah itu berupa kantung snack yang masih berisi, isinya pun malah sedikit tercecer keluar.
            Seo Yun merasa kepalanya akan meledak. Dia lalu bangkit berdiri sebelum pemuda itu berlalu dari sisinya. “YA!! KAU BENAR-BENAR KETERLALUAN JONG HYUN! CEPAT BUANG SAMPAHMU!”
             Jong Hyun menatap Seo Yun datar. “Aku tidak membuangnya,” katanya, lalu berlalu ke luar kelas.
            Soon Hee tertawa geli melihat Seo Yun yang masih cemberut menatap kepergian Jong Hyun. Dia mengambil beberapa iris snack yang ada di atas meja temannya itu lalu memakannya. “Kau tidak juga mengerti ya? Seo Yun-ah… Jong Hyun-ssie menyukaimu.”
            Leher Seo Yun berputar cepat ke arah Soon Hee. “Diam kau, aku tidak butuh komentarmu.”
            Soon Hee tertawa geli lagi. “Sampai tua pun kurasa kau tidak akan pernah punya pacar jika tetap galak seperti itu.”
            Seo Yun hanya memutar bola matanya. Setelah itu matanya kembali terjun ke novel yang sedang dibacanya tadi. Dia tidak peduli pada ucapan Soon Hee. Yang benar saja! Jong Hyun tidak akan pernah menyukainya. Sejak bertemu pemuda itu, mereka tidak pernah akur. Satu kali pun. Selalu saja berselisih paham. Lagipula Jong Hyun sama sekali tidak terlihat seperti sedang menyukainya, malah sebaliknya. Dari tatapan matanya saja Seo Yun tahu, Kim Jong Hyun membencinya. Ya, benar. Dia pasti tidak salah.
***
Bel pulang baru menjerit beberapa waktu lalu, tapi hampir seluruh siswa di kelas Seo Yun sudah tidak terlihat batang hidungnya. Hanya tersisa seseorang selain dirinya di kelas saat itu. Seseorang yang selalu membuatnya ingin marah-marah.
            Diam-diam Seo Yun melirik Jong Hyun di kursinya. Pemuda itu ternyata sedang duduk bersandar ke dinding dengan kedua kaki terjulur ke atas meja, sebuah sapu tangan menutupi wajahnya. Sepertinya dia sedang tidur. Seo Yun menggelengkan kepalanya. Dia segera bergegas meninggalkan kelas sebelum pemuda sinting itu membuatnya marah-marah lagi.
Sepanjang koridor kelas terlihat sepi, hanya ada beberapa siswa yang masih bertahan di sekolah untuk mengerjakan tugas kelompok atau hanya sekedar mengobrol. Seo Yun berbelok di tikungan kedua untuk menuruni tangga, saat baru akan menginjak anak tangga paling atas tiba-tiba seseorang memegang bahunya. Membuat jantungnya nyaris mencelat ke luar.
Seo Yun terkejut sampai-sampai kehilangan keseimbangan. Tangannya meraih-raih sesuatu dan akhirnya ia bertopang pada selusur tangga. Gadis itu menoleh ke belakangnya, sesaat kemudian dia terbelalak.
"Apa yang kau lakukan? Kau nyaris membunuhku!"
Kim Jong Hyun terbelalak, "Ti-tidak! Aku tidak bermaksud seperti itu!" tangannya terulur hendak meraih tangan Seo Yun, tapi gadis itu menolak.
"Tadi kau ingin mencelakaiku, kan? Jika tidak berpegangan, maka aku akan jatuh terguling dan mati!" teriak Seo Yun. Setelah itu ia memutar badan dan menuruni tangga secepat kilat.
Astaga! Kim Jong Hyun ingin membunuhnya! Entah dari mana pikiran itu bisa merasuki otak Seo Yun. Tapi melihat tatapan mata Jong Hyun tadi saat di depan anak tangga, rasanya tidak mustahil. Demi Tuhan, jika tadi Seo Yun tidak berhasil meraih selusur tangga, dia yakin dirinya akan mati. Memikirkan hal itu kembali saja rasanya membuat Seo Yun nyaris mati ketakutan. Berulang kali dia menoleh ke belakang, takut jika pemuda itu berusaha mengikutinya.
Tapi ternyata perkiraannya salah. Kim Jong Hyun tidak mengikutinya. Seo Yun menghela napas lega sejenak, meskipun ia merasa sekujur tubuhnya masih gemetar ketakutan. Entahlah, esok akan seperti apa dia bersikap pada pemuda itu. Yang pasti dia tidak akan bisa menutupi rasa takutnya. Tidak akan pernah bisa.
***
Kim Jong Hyun tidak datang ke sekolah hari ini. Seo Yun tertegun saat mendapati dirinya merasa khawatir pada pemuda itu, sementara sisi lain hatinya masih merasa takut karena kejadian kemarin. Berkali-kali dia menoleh ke arah kursi Km Jong Hyun di sudut kelas paling belakang, namun pemuda itu tetap tidak terlihat sedang duduk malas seperti biasa.
            “YA! Kau mengkhawatirkan Jong Hyun-ssie?” tiba-tiba Soon Hee berteriak tepat di telinga Seo Yun, membuat gadis itu terlonjak kaget.
            “Myo? Aku sama sekali tidak mengkhawatirkannya!” Seo Yun memberengut. Dia kembali membaca ensiklopedi di hadapannya, walau tidak ada kata yang berhasil dicerna satu pun. Tapi begitu Choi Minho, salah satu teman sekelasnya  mengumumkan berita perihal Kim Jong Hyun tidak masuk hari itu, leher Seo Yun menoleh begitu cepat.
            “Ada berita duka datang dari keluarga Kim Jong Hyun. Putra mereka, Jong Hyun-ssie, kemarin sore masuk rumah sakit. Dia termasuk korban dalam kecelakaan beruntun di Namsan Park. Saat ini kondisinya sangat kritis…”
Seo Yun merasa telinganya berdenging kencang, suara-suara di sekitarnya tiba-tiba saja tidak tertangkap indera pendengarannya. Yang ada di benaknya sekarang hanyalah, bagaimana bisa Kim Jong Hyun kecelakaan? Setelah kemarin pemuda itu berusaha mencelakainya, dan sekarang justru dia yang mengalami kecelakaan. Mustahil.
Malamnya Seo Yun merasa sedikit menyesal karena ketika Soon Hee dan Lee Taemin mengajaknya menjenguk Kim Jong Hyun ke rumah sakit, dia malah menolaknya. Dengan alasan sedang tidak enak badan. Padahal sebenarnya dia ingin sekali menjenguk pemuda itu, ingin melihat sendiri dengan mata kepalanya bagaimana kondisi Kim Jong Hyun saat ini. Tapi kejadian kemarin masih dengan jelas menghantuinya, Kim Jong Hyun yang berusaha membunuhnya. Sejujurnya, dia yakin pemuda itu bukan bermaksud mencelakainya, mungkin dia hanya salah paham. Hanya saja dia merasa masih sangat takut. Entahlah.
Seo Yun membuka jendela kamarnya lebar-lebar, udara malam yang sangat dingin masuk perlahan ke dalam kamarnya, namun dia tidak peduli. Bulan bersinar terang saat itu. Seo Yun merasa hatinya sesaat terasa tenang menatap pekarangan rumahnya yang terkena bias cahaya bulan. Saat mendongak kembali ke arah langit, tiba-tiba Seo Yun merasakan sesuatu yang sangat dingin menyentuh bahunya. Ia terlonjak kaget. Buru-buru ia menoleh ke samping kiri dan kanan. Namun tidak ada apa-apa atau siapa-siapa. Detik berikutnya bulu kuduk Seo Yun meremang.
“Jong Hyun, kau-kah itu?” Seo Yun tertegun mendengar mulutnya sendiri mengucapkan pertanyaan seperti itu. Bagaimana bisa dia berpikir Kim Jong Hyun ada di kamarnya saat ini? Seo Yun menggeleng-gelengkan kepalanya, sepertinya otaknya mulai tidak waras. Dia lalu beranjak naik ke tempat tidur dan berbaring di sana.
***
Seo Yun menjerit tertahan saat tahu-tahu kaca di sampingnya pecah dan berhamburan mengenainya jika saja dia tidak buru-buru berlindung di bawah meja. Teman-teman sekelas juga sama terkejutnya, mereka segera berhamburan menghampiri Seo Yun.
            “Astaga! Kau tidak apa-apa?” Tanya Soon Hee dengan wajah panik, dia berjongkok untuk melihat Seo Yun yang masih berlindung di bawah meja. Dibantunya sahabatnya itu keluar dari sana.
            “A-aku… aku nyaris mati… ada yang ingin mencelakaiku.” ucap Seo Yun terbata-bata, tubuhnya masih gemetar ketakutan.
            “Itu hanya ketidak-sengajaan, Seo Yun. Klub baseball sedang latihan dan striker mereka meleset memukul bola.” Kata Kim Kibum yang tahu secara detail detik-detik sebelum kaca jendela di kelasnya pecah.
“Mau kuantar ke ruang UKS?” tawar Soon Hee, dia benar-benar cemas melihat kondisi sahabatnya itu.
Anniyeyo…” jawab Seo Yun sambil menggelengkan kepala.
Pulangnya, Seo Yun menolak lagi ajakan teman-teman sekelasnya untuk menjenguk Kim Jong Hyun. Dia malah tetap bertahan di kelasnya. Entahlah, ia merasa ingin tinggal lebih lama di sana. Diperhatikannya kursi Kim Jong Hyun di sudut kelas dengan wajah hampa, biar bagaimana pun Seo Yun tetap mengkhawatirkannya. Tapi kejadian tadi pagi sempat membuatnya berpikir kalau hal itu ada hubungannya dengan....
Astaga!
Mungkin saja itu perbuatan Kim Jong Hyun yang ingin mencelakainya. Saat ini mungkin ‘arwah’ pemuda itu sedang bergentayangan untuk balas dendam. Balas dendam karena selama ini Seo Yun selalu marah-marah dan bersikap buruk padanya. Demi Tuhan, pemikiran itu membuatnya takut setengah mati.
Tiba-tiba Seo Yun merasa bulu kuduknya berdiri. Refleks ia menoleh ke kursi Kim Jong Hyun yang ada di pojok kelas. Entah dari mana datangnnya keyakinan itu, tetapi Seo Yun yakin saat ini ‘Kim Jong Hyun’ ada di kelasnya ini, bersamanya. Dan ingin… mencelakainya. Dengan gerakan cepat Seo Yun merapihkan alat tulis dan buku-bukunya kemudian berdiri sambil memakai ranselnya. Dia berlari keluar kelas dan ingin secepatnya sampai di rumah. Tapi saat baru akan menuruni tangga, Seo Yun merasa tubuhnya limbung, ia kehilangan keseimbangan.
Seo Yun jatuh terguling menuju lantai dasar. Ia merasa sekujur tubuhnya sakit karena menghantam anak tangga yang terbuat dari keramik. Disekanya darah yang keluar dari hidungnya. Ia menatap berkeliling, seolah-olah bisa ditemukannya ‘Kim Jong Hyun’ di sana. Seo Yun merasakan air matanya jatuh bergulir.
“A-aku… mohon… kau jangan mencelakaiku, Jong Hyun…” katanya serak. Tapi tidak ada siapa-siapa di sekitarnya saat itu. Setelah merasa sedikit tenang dan air matanya berhenti mengalir, dengan terpaksa meskipun sakit Seo Yun memaksakan tubuhnya untuk berdiri dan berjalan pulang.
***
Melalui celah jendela, Seo Yun bisa melihat tubuh itu terbaring tak berdaya. Ada beberapa lilitan perban di bagian tertentu, sementara tampak di lehernya terpasang sebuah penyangga. Tanpa sadar, Seo Yun menangkup mulutnya dengan telapak tangan.
Ada kesedihan yang perlahan menjalari hatinya, kemudia rasa itu menjadi nyata saat kemudian air matanya mengalir tanpa bisa dicegah. Hampir satu minggu Kim Jong Hyun dirawat di rumah sakit dalam keadaan koma, tapi baru kali pertama ini Seo Yun menjenguknya. Dan ternyata keadaan pemuda itu benar-benar kritis.
   Setelah keyakinannya terkumpul dan memastikan bahwa dirinya sanggup mendekati pemuda itu, Seo Yun perlahan berjalan masuk. Matanya yang masih sembab terpaku lurus ke wajah Kim Jong Hyun yang tertidur dalam damai. Kembali rasa sedih itu menjalari hatinya dan kali ini ia sama sekali tak mencegah air matanya untuk jatuh bergulir.
Kau ketua kelasku? Kuharap kau tidak akan galak-galak padaku. Sebab, kau cantik.”
Tiba-tiba saja kenangan itu menyeruak hadir di mata Seo Yun, saat pertama kalinya ia bertemu dengan Kim Jong Hyun. Saat itu ia sedang berdiri di depan pintu untuk masuk ke dalam kelas, sementara Kim Jong hyun sebaliknya, berjalan keluar kelas. Pemuda itu berniat bolos jam pelajaran pertama. Tanpa bisa menahan dirinya sendiri, Seo Yun mengulurkan tangannya menarik seragam pemuda itu. Kim Jong Hyun menoleh.
Kalau begitu kau harus menuruti perintahku. Cepat masuk kelas.” Seo Yun mengira pemuda itu akan melawan, tapi ternyata… Kim Jong Hyun malah tersenyum. Lalu mereka masuk ke kelas bersama.
Sejak saat itu, sebrandal apa-pun Kim Jong Hyun, tapi menurut Seo Yun pemuda itu berusaha mematuhi semua perintahnya. Misalnya tidak lagi datang terlambat, tidak lagi bolos mata pelajaran apa-pun, mau mengerjakan tugas piket ataupun membantu Seo Yun saat disuruh oleh guru.
Tapi beberapa hari terakhir sikap Kim Jong Hyun kembali ke sedia kala. Pemuda itu jadi sering bolos mata pelajaran atau malah tidak masuk sekolah beberapa hari tanpa keterangan. Dia juga mulai tidak mau mengerjakan tugas piket dan datang terlambat. Suatu kali Seo Yun meminta bantuan pemuda itu untuk mengangkat sebuah Bola Dunia dari ruang guru, dia menolaknya tanpa berkata apa-apa. Seo Yun jelas jadi sangat kesal padanya. Gadis itu jadi sering marah-marah pada Kim Jong Hyun.
Walaupun Seo Yun sering marah-marah, sering berkata ketus, atau suka memerintah seenaknya, sebenarnya itu semua dia lakukan supaya dekat dengan Kim Jong Hyun. Hanya ingin mereka tetap berkomunikasi, meskipun secara negatif. Entah untuk alasan apa.
Pernah suatu ketika, Seo Yun terkena flu di musim dingin. Dia bersin-bersin sepanjang hari di kelas, dan lupa membawa muffler atau apalah, agar dirinya tidak terlalu kedinginan. Tanpa berkata apa-apa, Kim Jong Hyun saat itu langsung melepas jaketnya di depan Seo Yun. Saat ditanya Soon Hee kenapa dia melepas jaketnya itu, Kim Jong Hyun hanya berkata,
“Rasanya sedikit panas, aku keringatan.” Padahal bibir pucatnya sama sekali tidak bisa berbohong kalau dia pun sedang kedinginan.
Terlalu banyak hal-hal kecil yang Kim Jong Hyun lakukan, tapi berdampak besar bagi Seo Yun. Pemuda itu memang terlihat cuek, namun sebenarnya sangat baik hati. Tak ada yang sepertinya selama ini. Atau setidaknya begitulah menurut Seo Yun. Dan, bagaimana bisa Seo Yun menyangka pemuda itu ingin mencelakainya beberapa hari yang lalu?
Seo Yun mendesah, merasa begitu bodoh sekarang. Ia duduk di samping pembaringan Kim Jong Hyun. Menatap wajah pemuda itu lebih lama lagi. Ada luka memar di pipi kirinya. Tanpa sadar tangan Seo Yun terangkat untuk kemudian menyentuh luka itu dengan telunjuknya. Seolah mengusapnya penuh sayang, tapi tidak ingin menyakiti. Dia sempat bertanya pada dokter yang menangani Kim Jong Hyun, katanya pemuda itu tidak mengalami luka serius di tubuhnya. Hanya saja ia mengalami koma, sama sekali tidak diprediksi kapan ia akan bangun lagi. Atau bisa jadi tidak akan pernah bangun lagi.
Mengingat itu, rasanya Seo Yun ingin menjerit. Ketakutan yang perlahan menyergapnya benar-benar membuat tubuhnya mati rasa. Lebih dari rasa takutnya akan dicelakai Kim Jong Hyun seperti pikirannya beberapa hari yang lalu sekali pun. Bahkan, jika pemuda itu tidak akan pernah bangun lagi, Seo Yun merasa dicelakainya adalah hal yang menyenangkan, jika memang itulah satu-satunya cara untuk bertemu Kim Jong Hyun dan mengucapkan kata maaf.
Seo Yun tidak bisa lagi menahan air matanya menjadi isak tangis. Disurukkannya wajahnya di samping pembaringan Kim Jong Hyun.
“Jong Hyun pabbo,… bangun… kau tidak boleh terus-terusan tidu,” Seo berkata lirih di sela tangisnya. Berharap keajaiban datang atau apalah, sehingga pemuda di dekatnya ini bangun dan membuatnya marah-marah. Tapi tidak  ada yang terjadi. Dia angkat kembali wajahnya untuk menatap wajah Kim Jong Hyun.
“Maafkan aku… karena telah menuduhmu sembarangan…” katanya lagi. “Kau harus bangun… sebab jika tidak, kau harus janji akan membunuhku ya.”
Perlahan, Seo Yun mengulurkan tangannya meraih tangan Kim Jong Hyun yang terkulai lemah. Beberapa jarum infus tertancap di sana. Rasanya pasti sakit, pikir Seo Yun. Ia lalu menggenggam tangan pemuda itu, menjadikannya satu dalam genggaman tangannya sendiri. Didekatkannya tangan mereka ke dagunya, dan menempelkannya di sana.
Lirih Seo Yun berkata, “Saranghae…
           
           

No comments:

5 Aktor Korea Ini Paling Cocok Perankan Bangsawan

Bagi seorang aktor, memerankan figur seorang bangsawan menjadi hal yang mudah saja. Namun, hanya beberapa di antara mereka yang dinila...